Dari uraian pada artikel sebelumnya tentang
bentuk dan macam epidemiologi, maka
pengertian epidemiologi menjadi lebih luas dan bukan hanya menganalisis
penyakit serta sebab terjadinya penyakit, tetapi dapat pula ditetapkan dalam berbagai masalah yang ada di masyarakal, baik yang bertalian erat dengan penyakit atau masalah kesehatan lainnya, maupun yang berhubungan dengan masalah lain dalam masyarakal.
Dalam bidang kesehatan masyarakat, epidemiologi mempunyai tiga fungsi utama,
- Menerangkan tentang besarnya masalah dan gangguan kesehatan (termasuk penyakit) serta penyebarannya dalam suatu penduduk tertentu.
- Menyiapkan data/informasi yang esensial untuk keperluan perencanaan, pelaksanaan program, serta evaluasi berbagai kegiatan pelayanan (kesehatan) pada masyarakat, baik yang bersifat pencegahan dan penanggulangan penyakit maupun bentuk lainnya serta menentukan skala prioritas terhadap kegiatan tersebut.
- Mengidentifikasi berbagai faktor yang menjadi penyebab masalah atau faktor yang berhubungan dengan terjadinya masalah tersebut.
Untuk melaksanakan fungsi tersebut para ahli epidemiologi lebih memusatkan perhatiannya pada berbagai sifat karakteristik individu dalam suatu populasi tertentu seperti sifat karakteristik biologis, sosio-ekonomis, demografis, kebiasaan individu serta sifat karakteristik genetis. Pada berbagai sifat karakteristik tersebut, akan memberi gambaran tentang sifat permasalahan yang ada dalam masyarakat serta kemungkinan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Dalam penerapannya, kegiatan epidemiologi dapat dibagi dalam dua bentuk utama.
A. Epidemiologi Deskriptif
Epidemiologi deskriptif terutama menganalisis masalah yang ada dalam suatu populasi tertentu serta menerangkan keadaan dan sifat masalah tersebut, termasuk berbagai faktor yang erat hubungannya dengan timbulnya masalah. Bentuk kegiatan ini dapat memberikan gambaran tentang adanya masalah dalam populasi tertentu dengan membandingkan populasi tersebut terhadap populasi lainnya, atau dengan populasi yang sama pada waktu yang berbeda. Bentuk ini banyak digunakan dalam mencari keterangan tentang keadaan derajat kesehatan maupun masalah kesehatan dalam suatu populasi tertentu pada waktu dan tempat yang tertentu pula.
Di samping itu epidemiologi deskriptif dapat pula memberikan gambaran tentang faktor yang mempengaruhi timbulnya penyakit atau gangguan kesehatan pada suatu populasi tertentu dengan menggunakan analisis data epidemiologi serta data informasi lain yang bersumber dari berbagai disiplin seperti data genetika, biokimia, lingkungan hidup, mikrobiologi, sosial ekonomi, dan sumber keterangan lainnya.
Sebagai contoh penggunaan epidemiologi deskriptif antara lain pada usaha penanggulangan berbagai wabah penyakit menular yang timbul dalam masyarakat. Di samping itu penggunaan epidemiologi deskriptif lebih sering kita lihat pada analisis masalah kesehatan, penyusunan program kesehatan masyarakat serta peni-laian hasil usaha di hidung kesehatan masyarakat, serta bidang lain yang berkaitan erat dengan
B. Penelitian Epidemiologi
Penelitian epidemiologi (epidemiologic studies) merupakan bagian dari tugas pokok disiplin ilmu epidemiologi dalam mencari faktor penyebab maupun hubungan sebab akibat terjadinya penyakit serta gangguan kesehatan lainnya dalam masyarakat.
Pada dasarnya penelitian epidemiologi dapat dibagi dalam dua bagian utama yakni:
- Penelitian berdasarkan percobaan/perlakuan khusus (experimental studies)
- Penelitian yang berdasarkan pengamatan langsung terhadap berbagai kejadian dalam satu populasi tertentu (observational study).
Perbedaan utama dari kedua bentuk penelitian ini adalah pada bentuk eksperimental, peneliti dapat mengatur/memanipulasi kondisi populasi yang diteliti melalui perlakuan khusus sedangkan pada bentuk observasi hal ini tidak dapat dilakukan.
1. Penelitian eksperimental
Penelitian eksperimental merupakan penelitian di mana peneliti melakukan kegiatan intervensi atau perlakuan khusus pada objek atau sasaran yang diteliti Dengan demikian pada penelitian eksperimental, peneliti dapat mengatur perlakuan sesuai dengan keinginannya serta dapat mengamati proses kejadian secara langsung baik pada individu maupun pada kelompok.
Secara garis besamya, dikenal dua macam penelitian eksperimental yakni.
- penelitian eksperimental murni (dengan randomisasi),
- (2) eksperimental semu (tanpa randomisasi).
a. Eksperimental Murni
Penelitian eksperimental murni merupakan penelitian eksperimental yang sering dilakukan di laboratorium maupun di klinik dengan menggunakan randomisasi yaitu setiap individu dalam penelitian tersebut mempunyai kesempatan yang sama untuk terpilih dalam kelompok kasus atau kontrol. Yang termasuk hipótesis tentang penyebab dan faktor risiko, percobaan klinik (clinical trial) termasuk uji coba pengobatan pencegahan dan intervensi klinik. Di samping itu dapat pula dilakukan untuk intervensi pada kelompok komunitas tertentu dalam menentukan risiko tinggi (high risk group) serta untuk menilai berbagai kegiatan klinik dalam komunitas tertentu.
b. Eksperimental Semu
Eksperimental semu (quasy experimental) merupakan penelitian eksperimental tanpa menggunakan randomisasi. Bila pada penelitian eksperimental mumi kita lebih banyak menggunakan binatang percobaan maka pada eksperimental semu dapat dilakukan terhadap kelompok populasi tertentu yang merupakan satu kesatuan unit yang tidak dapat dipisahkan. Bentuk penelitian ini antara lain intervensi komunitas, uji coba bentuk pelayanan kesehatan terpadu bagi masyarakat, analisis biaya pelaksanaan usaha kesehatan pada kelompok penduduk tertentu dan lain sebagainya. Dalam penelitian ini hasil yang diperoleh dapat dibandingkan dengan keadaan pada kelompok penduduk lainnya atau dengan kelompok penduduk yang sama sebelum percobaan dilakukan.
2. Penelitian observasi
Penelitian observasi (pengamatan) ini didasarkan pada kejadian peristiwa secara alami tanpa suatu perlakuan khusus terhadap kelompok yang diteliti.
Secara garis besarnya penelitian ini dapat dibagi dalam dua bentuk utama yakni:
(1) penelitian deskriptif, dan
(2) penelitian analisis (etiologic).
a. Penelitian Deskriptif
Bentuk ini lebih sering disebut analisis deskriptif untuk mengetahui keadaan prevalensi kejadian penyakit atau masalah kesehatan lainnya dan untuk mengetahui sifat kejadian tersebut dalam masyarakat serta Kecenderungannya untuk masa mendatang. Tergolong juga di dalamnya penelitian prevalensi atau cross-sectional studies.
Bentuk penelitian sangat membantu dalam menganalisis status kesehatan penduduk tertentu serta dapat memberikan keterangan tentang berbagai faktor yang berkaitan erat dengan kejadian penyakit untuk digunakan dalam menyusun hipótesis untuk penelitian selanjutnya. Pada dasarnya, bentuk penelitian ini tidak dapat memberikan jawaban pasti tentang faktor penyebab dan hubungan sebab akibat yang jelas.
b. Penelitian Analitis
Penelitian analitis (epidemiologi analitis) merupakan bentuk penelitian epidemiologi yang paling sering digunakan dalam mencari faktor penyebab serta hubungan sebab akibat terjadinya penyakit maupun, gangguan kesehatan lainnya. Penggunaan bentuk ini bukan hanya terbatas pada kejadian penyakit pada individu tetapi juga pada kelompok penduduk tertentu.
Bentuk penelitian ini pada dasarnya dapat dibagi dalam dua bentuk utama yakni:
(1) penelitian retrospektif dan
(2) penelitian prospektif
Penelitian retrospektil didasarkan pada kejadian kasus yang sudah ada pada suatu penelitian dan dibandingkan dengan mereka yang tidak menderita sehingga sering juga disebut penelitian kasus kelola.
Sedangkan penelitian prospektif adalah penelitian yang didasarkan pada pengamatan terhadap kelompok terpapar dengan yang tidak terpapar pada awal penelitian kemudian diamati sampai timbul penyakit, dan juga sering disebut penelitian kohort. Di samping itu juga dapat dikembangkan gabungan keduanya yakni retrospektif kohort.
Dari sejarah dan latar belakang perkembangan epidemiologi maka perkembangan epidemiologi sebenarnya sudah mulai sejak dahulu, seperti halnya dengan berbagai ilmu dasar lainnya. Perkembangan secara filosofis dimulai dengan menghubungkan berbagai kejadian terhadap lingkungan yang ada kemudian beralih ke hubungan interaksi antara manusia dan lingkungan yang akhirnya menjadi lebih terarah lagi menjadi hubungan nianusia, penyebab, dan lingkungan.
Peranan dan ruang lingkup epidemiologi yang pada mulanya hanya terbatas pada penyakit menular, berkembang menjadi lebih luas yang meliputi berbagai masalah kesehatan dalam masyarakat. Dan dewasa ini epidemiologi sebagai ilmu dan metode sudah berkembang lebih maju dan hampir meliputi berbagai aspek kehi-dupan masyarakat. Dengan kemajuan dan pergeseran ruang lingkup dan bidang sasaran epidemiologi menimbulkan pula pergeseran nilai dan peranan, dari orientasi medis ke masalah kesehatan dan masalah sosial masyarakat menyebabkan minat ilmuwan pada epidemiologi bukan hanya terbatas pada klinisi saja tetapi juga para ahli sosial dan ahli lainnya. Sehingga pada negara yang sudah maju tidak jarang dijumpai ahli epidemiologi dengan latar belakang sosial non-medis.