Eklampsia adalah suatu kelainan akut yang dapat terjadi pada saat hamil, saat persalinan atau masa nifas. Tanda Eklampsia ditandai dengan kejang dan koma dimana sebelumnya sudah terjadi gejala-gejala pre eklampsia.
Gejala-gejala dan tanda klinis eklampsia antara lain :
- Usia kehamilan 20 minggu atau saat persalinan atau masa nifas.
- Adanya tanda-tanda pre eklampsia
- Kejang atau koma.
- Ditandai dengan adanya gangguan fungsi organ.
Prinsip pengobatan pada penderita eklampsia adalah :
- Mengentikan kejang-kejang dan mencegah kejang ulang.
- Mencegah dan mengatasi komplikasi.
- Memperbaiki keadaan dan kondisi kesehatan ibu dan anak sebaik mungkin.
- Terminasi kehamilan atau tindakan persalinan jika ada indikasi perlunya mengakhiri kehamilan dengan persalinan buatan.
Apa saja komplikasi dari eklampsia?
Beberapa kondisi komplikasi yang dapat timbul dari eklampsia antara lain :
- Pada ibu akan berpotensi terjadi beberapa komplikasi atau dampak buruk seperti : payah jantung/lemah jantung, oedema paru atau bengkak pada paru-paru, gagal ginjal, gangguan pada hepar/hati.
- Pada anak : lahir prematur [lahir sebelum waktunya], gawat janin hingga terjadinya kematian janin.
Apa saja obat-obat yang bisa diberikan untuk mengatasi kejang?
Dokter mungkin akan memberikan beberapa obat untuk mengatasi kejang dengan obat anti kejang. Namun apabila pasien mengalami tanda-tanda intoksikasi atau keracuan obat anti kejang, pasien harus berkonsultasi dengan dokter untuk pemberian obat anti kejang yang tepat.
Bagaimana cara mencegah terjadinya komplikasi dari eklampsia?
Untuk mencegah komplikasi eklampsia, dokter pada umumnya akan memberikan obat-obatan sebagai berikut :
- Obat-obatan anti hipertensi, obat ini diberikan manakala tekanan darah penderita eklampsia mencapai 180/110 mmhg atau lebih dengan syarat penurunan tensi atau tekanan darah penderita tidak boleh lebih dari 25 %.
- Obat diuritika, adalah obat-obatan yang fungsinya untuk merangsang sekresi atau pengeluaran cairan lewat urin/air kencing. Indikasi pemberian obat ini adalah ketika pasien mengalami komplikasi oedema pada paru-paru dan adanya komplikasi kelainan pada fungsi atau faal ginjal dan adanya gangguan yang disebut kardiotonika yang meliputi dekompensasio cordis [gagal jantung], oedema paru, sianosis [pucat], dan nadi lebih dari 130 kali per menit.
- Pemberian antibiotika untuk mencegah infeksi, antipiretika untuk menurunkan panas, analgetika untuk menurangi rasa sakit/nyeri, dan kortikosteroid pada pasien dengan koma.
- Apabila diperlukan dan ada indikasi komplikasi bertambah berat maka perlu dilakukan terminasi kehamilan [tindakan mengakhiri kehamilan dengan melakukan persalinan].
Apa tindak lanjut yang perlu dilakukan setelah pasien dalam keadaan tenang?
Tindakan dan asuhan perawatan setelah pasien tenang adalah sebagai berikut : melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital pasien seperti suhu tubuh, tekanan darah, pemeriksaan nadi, memasang selang kateter untuk memudahkan pemeriksaan urin pasien [urin albumin], melakukan pemeriksaan lainnya seperti palpasi, auskultasi dan vagina touch [VT]. Semua tindakan tersebut adalah dalam evaluasi keadaan dan kondisi pasien eklampsia serta penentukan tindak lanjut pada pasein dengan eklampsia.
Apabila dalam pemeriksaan-pemeriksaan ternyata syarat-syarat untuk mengakhiri kehamilan dengan melakukan tindakan persalinan pervaginam [persalinan secara normal] terpenuhi, maka dilakukan tindakan persalinan. Pengakhiran kehamilan adalah dengan melakukan tindakan persalinan buatan sesuai dengan syarat-syarat yang ada.