Pada bagian ini akan dibahas kebutuhan dasar yang meliputi interaksi dan komunikasi, bermain, kasih sayang, rasa aman, konsep diri, dan identitas.
Kebutuhan akan Interaksi dan Komunikasi
Pada neonatus untuk mengatasi keterbatasannya dalam komunikasi maka bayi dibekali refleks dan insting, selain itu dengan tangisan,
contoh:
Bila bayi kedinginan ia akan menangis, kepanasan, kehausan, bab, bak, sakit, semua perasaan tadi dinyatakan dengan menangis. Tangisan bayi mengundang ibu/orang dewasa untuk mendekat pada bayi dan mencari alasan mengapa menangis, bila sudah diketahui penyebabnya, segera ambil tindakan/berikan bantuan sesuai dengan kebutuhannya atau penyebabnya. Sehingga bayi merasa puas, tapi bila tangisan itu tidak ditanggapi, bisa membuat bayi/anak apatis kelak dikemudian hari. Kontak pribadi yang dilakukan akan lebih mempererat lagi hubungan ibu dan anak dalam berkomunikasi. Bahan-bahan yang ada disekitarnya dapat dijadikan bahan pembicaraan berdua. Kemampuan sosialisasi sesungguhnya baru muncul pada usia 1/2 tahun. Sikap yang terbaik bagi orang tua adalah memberi kesempatan sebanyak mungkin tanpa terlalu banyak menuntut. Situasi berada dengan anak lain itulah yang positif bagi anak saat ini, dan bukan apa-apa yang harus dilakukan terhadap anak lain. Pengarahan diberikan bila perlu saja.
Kesempatan untuk saling bersaing, merasakan kalah atau menang. Memberi dan menerima merupakan pengalaman belajar sosialisasi yang besar artinya.
Bermain
Pada permulaan bayi bermain dengan tangan-kakinya sendiri, kemudian memegang barang Iain. Permainan dan alat bermain ialah alat untuk melatih jiwa dan pancaindra, merangsang khayalan. Permainan membuat bayi/anak bertindak sendiri, oleh karena permainan menimbulkan persoalan-persoalan yang harus dipecahkan sendiri. Mainan tidak boleh tajam, tidak boleh luntur, mudah dicuci dan dapat diikat. Bermain pada anak yang telah mencapai usia sekolah, anak bergairah dengan bentuk-bentuk permainan yang lebih cocok, senang berlari-lari dilingkungannya, memanjat, melompat, berjingkat, jungkir balik, ingin berpindah tempat untuk itu ia memilih mainan, scoter, kereta, sepeda, alat ski, bila mungkin ingin terbang. Mungkin karena tenaganya masih muda, tulang dan urat yang sedang tumbuh dengan pesat, memberinya tenaga dan kepandaian baru. Selagi bermain, berlatih dan terus berlatih, berulang-ulang dinaikinya sepedanya, dikendarainya dengan kaki digoyang-goyang. Selagi berlatih ia memupuk kepandaiannya, dipelajari. Banyak permainan yang merupakan paspor untuk memasuki dunia anak-anak, la menyelidiki bakat-bakatnya dan belajar menerima kelemahan-kelemahannya. Sebagian dari permainan semacam bentuk upacara magis. Ia senang melompati retakan dari kaki 5 dipinggir jalan. Ia senang sekali menghitung batas-batas pagar, jumlah truk biru, kaca jendela di gereja. Menggantungkan harapan pada bintang, sepotong tulang ayam, memberikan rasa senang dan kekuatan. Dengan permainan anak sering menghilangkan perasaan yang menyulitkan; misal rasa takut diatasi dengan permainan hantu dan tukang sihir, dapat membunuh raksasa.
Anak-anak sering bermain meniru tingkah laku orang dewasa, misal; Anak perempuan sering bermain memakai sepatu ibunya yang bertumit tinggi, sibuk memberi makan, memandikan, mengenakan pakaian dan berjalan dengan bayi-bayi mereka. Sedangkan anak laki-laki bermain sebagai seorang koboi, polisi, astronot, pemadam kebakaran dengan cara berlari-lari di halaman belakang.
Anak umur 6-8 tahun menyenangi mainan yang tidak menggunakan aturan, menyenangi kelompok yang lebih kecil campur laki-laki dan perempuan. Anak 9-10 tahun, cenderung bermain pada kelompok yang lebih besar, menyenangi mainan dengan aturan yang pindah dari 1 kelompok ke kelompok lain yang mendapat bimbingan. Sedangkan anak perempuan kurang menyenangi ia lebih menyenangi tari, kerajinan tangan, drama dan lain-lain.
Kebutuhan Kasih Sayang, Rasa Aman, Konsep Diri, Identitas
Dengan kasih sayang yang cukup bayi akan merasa aman. Perhatian anggota keluarga terutama ibu akan memberikan rasa aman pada anak. Sesudah umur 6 bulan, memerlukan lebih banyak, kontak dengan anggota keluarga yang lain. Tak ada yang lebih menyenangkan daripada berada dalam dekapan ibu. Ia tahu dengan adanya ibu semua keadaan yang tidak menyenangkan akan berubah menjadi nyaman. Menyadari hal ini akan memandang dunia ini menjadi tempat yang menyenangkan, aman, dan terlindung.
Ini semua karena ada ibu yang menyayanginya, ini membuat ia sadar bahwa dirinya pantas disayang. Pada saatnya, kesadaran ini akan merangsang tumbuhnya percaya diri. Percaya diri merupakan suatu yang penting bagi proses belajar anak. Anak akan lebih leluasa menjelajah dunia sekitar tanpa rasa cemas ketika harus mengatasi hal-hal yang baru. Ia juga merasa aman karena mengetahui uluran tangan pasti datang jika ia memerlukan pertolongan. Rasa percaya diri juga meningkatkan kegigihannya. Ia akan meraih lebih banyak keberhasilan dimasa mendatang. Anak percaya bahwa jika ia mencoba melakukan sesuatu ia akan berhasil. Ini membuat anak cenderung ingin mencoba melakukan sesuatu.
Sejak bayi sudah berusaha mencari konsep diri, hal ini dapat berhasil bila ada dukungan dari orang tua dan keluarga serta lingkungan. Seorang remaja yang sedang mencari identitas sangat sensitif terhadap penghayatan tentang aku, karena ia merasa dirinya bukan anak kecil lagi. Rasa berguna itu erat hubungannya dengan rasa harga diri yang biasanya dijaga baik-baik. Terbentuknya konsep diri sangat dipengaruhi oleh lingkungan khususnya dekat yaitu keluarga. Penampilan jasmaniah sangat mempengaruhi konsep diri.