Sejarah Imunisasi di Indonesia
Program imunisasi yang terorganisir sudah ada sejak tahun 1956 di Pulau Jawa untuk mencegah cacar. Pada waktu itu dipergunakan giene cacar yang tersebar ditiap-tiap kawedanan. Kemudian jumlah giene cacar bertambah dan daerah yang diincar makin luas di seluruh Indonesia, serta satu mantri cacar ditiap-tiap kecamatan.
Pada tahun 1972 Indonesia telah berhasil membasmi penyakit cacar dan pada april 1974 resmi dinyatakan bebas cacar oleh WHO. Sejak tahun 1972 mulai dicoba vaksinasi gabungan cacar dan BCG oleh para juru cacar. Pada tahun 1973 Vaksinasi gabungan ini dilakukan diseluruh Indonesia, dan memberi kemungkinan untuk mengembangkan program imunisasi dengan menggunakan antigen-antigen yang lain.
Hasil pengamatan epidemiologis bahwa ada beberapa penyakit yang dapat menimbulkan masalah ialah Tetanus Neonatorum, Difteria, Pertusis, Polio, Campak.
Pada tahun 1972 imunisasi TT diberikan pada wanita dewasa muda untuk mencegah tetanus neonatorum di Jawa tengah, dan pada tahun 1973, 1974, 1975 diikuti oleh propinsi lainnya, pada ibu hamil.
Pada tahun 1976 perkembangan imunisasi DPT dimulai dari Pulau Bangka, Sumatera Selatan. Tahun 1977 dan 1978 persiapan PPI (Pengembangan Program Imunisasi). Pelaksanaan vaksinasi gabungan BCG, DPT, TT oleh Vaksinator di Puskesmas-puskesmas di berbagai propinsi dan berhasil baik.
Pada tahun 1979-1984 pelaksanaan imunisasi secara Nasional telah dimulai. Pada Pelita IV terjadi perubahan strategi dimana penghapusan cacar dan BCG bagi anak sekolah diganti dengan pemberian Vaksinasi DT, TT, dan TT pada wanita usia 15-35 tahun.
B
Tujuan Program.
- Mencakup tiap bayi 0-11 bulan untuk mendapatkan vaksinasi: BCG, DPT, Polio, Campak, Hepatitis B (sejak tahun 1990).
- Mencakup ibu hamil untuk mendapatkan vaksinasi TT.
- Pemberian TT pada wanita usia 15-35 tahun.
- Mencakup seluruh murid SD kelas 1 untuk mendapatkan vaksinasi DT.
- Mencakup seluruh murid SD kelas IV (perempuan) untuk mendapatkan vaksinasi TT.
Dengan tercapainya jangkauan di atas diharapkan:
- Angka pencakupan imunisasi untuk anak-anak dibawah umur 15 bulan, 58% pada tahun 1981 meningkat menjadi 80% pada tahun 2000.
- Menurunkan angka kematian tetanus neonatorum sekitar 1/1000 kelahiran.
Strategi Kebijaksanaan.
- Untuk mencapai tujuan di atas semua sarana dan sumber digunakan. Dua komponen yang ada ialah:
- Komponen statik: pelayanan imunisasi diberikan di Puskesmas dan puskesmas pembantu oleh bidan, perawat, atau tenaga lainnya.
- Komponen keliling: petugas lapangan yang mendekatkan pelayanan imunisasi ke desa.
Kedua komponen tersebut bekerja sama dengan pimpinan dan koordinasi Kepala Puskesmas. Bila jangkauan Puskesmas masih rendah, maka komponen keliling memegang peranan utama.
Pada masa yang akan datang bila imunisasi sudah merupakan suatu kebutuhan masyarakat maka komponen statik yang akan berperan, sedang komponen keliling hanya akan mendatangi mereka yang tidak bisa datang ke Puskesmas dengan jumlah terbatas.
- Pimpinan Puskesmas perlu mengadakan koordinasi pelaksanaan imunisasi pada unit-unit yang ada, antara lain: KIA, UKS, Gizi, KB, baik mengenai waktu, tempat maupun sasaran.
- Semua Puskesmas harus melaksanakan pengembangan program imunisasi dan meningkatkan jenis antigen dan perluasan wilayah secara bertahap.
- Penggunaan vaksin produksi dalam negeri, yaitu dari Forum Bio Farma Bandung. Untuk dapat memenuhi kebutuhan secara nasional, maka sarana produksinya harus ditingkatkan.
Dalam hal ini akan diusahakan bantuan dari badan intemasional atau bantuan luar negeri lainnya. Untuk kepentingan perencanaan jenis dan jumlah vaksin. Vaksin yang diproduksi direncanakan untuk 5 tahun dan tiap tahun diperbaharui sesuai dengan tahun anggaran yang bersangkutan. Mengingat jumlah dan jenisnya sangat terbatas, maka harus diusahakan agar jumlah yang direncanakan tersebut tidak jauh menyimpang.
Sasaran dan Target.
- Drop out dan pencegahan drop out, sasaran vaksinasi umur bayi 0-11 bulan. Pada usia kurang dari 18 bulan harus sudah lengkap mendapat imunisasi. Bila pada usia 18 bulan vaksinasi belum lengkap maka anak tersebut dianggap drop out. Pencegahan Drop Out adalah suatu usaha untuk melaksanakan vaksinasi pada usia kurang dari 12 bulan. Pelaksanaannya disesuaikan dengan hasil pemantauan setempat.
- Target Imunisasi
- Bayi 2,9 %
- Ibu Hamil 1,1 x 2,9 % (bayi).
- Murid SD Kelas I dan 2, 22 %
- Murid SD Kelas VI (Wanita) 1,25 %
- Siswa SLTA (wanita).
Jadwal pemberian vaksinasi pada bayi, ibu hamil, anak SD.
Pencegahan.
Pencegahan ialah sengaja memberikan kekebalan atau imunitas pada anak, sehingga bila dihinggapi kuman tidak meninggal atau menderita cacat. Umumnya bila anak telah imun terhadap infeksi, maka akan terjadi sebagai berikut:
- Tidak sakit sama sekali dan tidak meninggal.
- Dapat sakit tetapi ringan sekali, hingga tidak meninggal dan tidak cacat. Cacat akan membebani tidak hanya dirinya sendiri, melainkan juga orang tua dan masyarakat sekitarnya. Manfaat imunisasi ialah untuk menurunkan morbiditas, mortalitas, dan sequale (cacat).
Imunitas (Kekebalan).
Berdasarkan asal mula, imunitas dibagi dua:
Pasif' Imunitas
Ialah bila tubuh bayi tidak bekerja dan hanya menerima imunitas.
Imunitas Pasif Bawaan
Terdapat pada bayi baru lahir (neonatus), sampai umur 5 bulan, Neonatus mendapatkan dari ibu sewaktu didalam kandungan berupa zat anti (antibodies), melalui jalan darah menembus plasenta, zat anti itu berupa gama globulin, mengandung imunitas yang juga dipunyai ibu. Namun zat anti itu lambat laun lenyap dari tubuh bayi sampai umur kurang lebih 5 bulan. Sehingga bayi terhindar dari beberapa penyakit infeksi, misal: Difteri, Campak (imun sampai umur 7 bulan). Imunitas ada juga terhadap penyakit tetanus, pertusis, Coccus. Coli dan Tipoid, namun sedikit sekali sehingga bayi tidak terhindar dari infeksi tersebut.
Imunitas Pasif Didapat
Zat anti dibagi dalam 2 hal:
1. Imunitas aktif yang didapat secara alami
Imun yang diperoleh bayi/anak setelah menderita suatu penyakit. Contoh: Difteri, di negara sedang berkembang tanpa imunisasi yang teratur dan menyeluruh, yang kadang-kadang bagi beberapa anak terinfeksi dan sembuh sendiri dan jadi imun. Imunitas alami ialah imunitas yang terkuat.
2. Imunitas aktif sengaja dibuat
Dengan cara memberikan imunisasi pada bayi/anak.
Bahan yang dipakai umumnya terdiri dari 3 macam antigen:
- Virus yang masih hidup namun dilemahkan sehingga tidak bisa menimbulkan penyakit namun dapat mengakibatkan imunitas, Cacar, BCG, Polio sabin.
- Bakteri atau virus, yang telah mati: Misal: Cholera, Typhus, Paratyphus, Pertusis, Polio.
- Toxoid: Yang dipakai ialah toksinnya, contoh Difteria dan Tetanus.
Petunjuk Pemberian Vaksinasi Difteri dan Tetanus pada Anak Sekolah Dasar.
Anak Kelas 1 SD
- Yang pernah mendapat vaksinasi DPT waktu bayi, diberikan vaksinasi DT 1 x suntikan dengan dosis 0,5 cc IM/SC dalam.
- Yang belum pemah mendapatkan Vaksinasi DPT sewaktu bayi, diberikan vaksinasi DT sebanyak 2 x suntikan @0,5 cc dengan interval minimal 4 minggu.
- Apabila meragukan apakah waktu bayi memperoleh vaksinasi DPT atau tidak, maka diberi 2 x suntikan seperti pada butir 2.
Anak Kelas VI
- Yang pemah mendapatkan vaksinasi DPT/DT, diberikan vaksinasi TT sebanyak 2 x suntikan @0,5 cc dengan interval minimal 4 minggu.
- Apabila meragukan apakah anak sudah pernah memperoleh vaksinasi DPT/DT atau tidak, maka diberi 2 x suntikan seperti pada butir 2.