Pengertian.
Difteri merupakan Suatu penyakit infeksi mendadak yang sangat menular dan berbahaya, terutama menyerang saluran pemapasan bagian atas.
Penyebab.
Penyakit difteri disebabkan oleh Corynebacterium diphtheriae, bakteri gram positif.
Sifat basil: membentuk pseudomembran yang sukar diangkat, mudah berdarah, dan berwarna putih kelabu yang meliputi daerah yang terserang. Eksotoksin, yang sangat ganas dan dapat meracuni jaringan terutama pada otot jantung, ginjal dan syaraf. Kuman penyebab difteri ini akan Mati pada suhu 60°C selama 10 menit.
Cara Penularan.
Penyakit difteri bersifat infeksius yang artinya mudah ditularkan. Penularan biasanya melalui percikkan air ludah penderita. Melalui benda-benda atau makanan yang terkontaminasi.
Gejalan Klinik.
Masa tunas 2-7 hari. Gejala klinik dibagi atas gejala umum dan gejala lokal/khas. Gejala umum: demam tidak terlalu tinggi, lesu, pucat, nyeri kepala, anoreksia, atau lemah. Gejala khas/lokal: pilek (difteri hidung), nyeri menelan (difteria faring dan tonsil), sesak napas (difteri laring dan trakea), serak (difteri laring dan trakea), stridor inspirator (difteri laring dan trakea).
Macam-macam difteri menurut lokasinya
- Nasal difteri, menyerang sekitar hidung yang merupakan infeksi primer. Pseudomembran dapat meluas pada faring.
- Faucial difteri, menyerang faring, tonsil, adenoid dan cepat meluas sampai laring.
- Laring trakeal difteri, sering terjadi karena perluasan membran dari faucial difteri.
Komplikasi
Pada alat pernafasan; obstruksi jalan napas, bronkopneumonia, atelektasis. Pada jantung miokarditis yang di timbulkan oleh toksin. Pada sistem ginjal dapat terjadi nefritis. Pada sistem susunan saraf: paralisis palatum mole (kesukaran menelan), paralisis otot mata.
Prognosis
Menurut Nelson bahwa kematian difteri ialah antara 3%—5% sangat tergantung kepada:
- Umur penderita, makin muda umumya makin buruk prognosisnya.
- Lokasinya.
- Lambat atau cepatnya pemberian antitoksin.
- Keadaan umum penderita, misalnya gizi kurang.
- Jumlah dan ganasnya kuman.
Pengobatan.
- Pemberian ADS (anti difteri serum) sebanyak 20.000 u, 2 hari berturut-turut dengan sebelumnya diiakukan tes pada kulit dan mata.
- Pemberian antibiotika.
- Pemberian kortikosteroid.
- Vitamin.
Pencegahan.
- Isolasi penderita.
- Imunisasi pada bayi baru lahir -3 bulan mempunyai imunitas bawaan.
Perawatan.
Perawatan penderita difteri selama 3-4 minggu.
Perawatan pada penderita difteri adalah suatu tindakan perawatan yang diberikan kepada penderita, untuk membantu memecahkan masalah perawatan yang dihadapinya, baik fisik, psi-kis maupun sosial dengan menggunakan dana dan daya yang ada.
Masalah perawatan yang timbul pada penderita dengan penyakit difteri kurangnnya suplai O2 (pernafasan), nutrisi/makanan, higiene yang baik serta rasa nyaman pada tubuh penderita.
Perawatan penderita dibagi dua bagian:
Perawatan Umum.
- Memperhatikan keadaan umum penderita yang meliputi suhu dan nadi, pernafasan, kalau suhu tinggi dilakukan kompres.
- Memperhatikan makanan/diet untuk penderita. Dapat diberikan makanan lunak atau makanan cair, yang dapat diberikan secara langsung peroral atau personde, dengan melihat keadaan anak. Kalau perlu memasang infus. Secara khusus pada penderita pasca trakeostomi diberikan makanan personde, makanan yang diberikan harus sesuai dengan keadaan penderita dan umur.
- Memberikan obat; melalui oral, suntikan.
- Kebersihan perseorangan; kebersihan tubuh/mandi, kebersihan mulut dan gigi, kebersihan kuku dan rambutnya.
- Kebersihan lingkungan sekitarnya.
Perawatan Khusus.
Pada penderita difteri harus dirawat di rumah sakit:
- Penderita di isolasi. Penderita dengan difteri harus diisolasi karena penyakit ini sangat menular dan terjadi secara akut. Kamar pederita tidak boleh dicampur dengan orang lain (harus tersendiri). Segala sesuatu yang digunakan untuk penderita harus disendirikan, termasuk alat tenun sesudah dipakai direndam dengan lysol 2% selama 24 jam; alat makan direndam dengan lysol 2% selama 2 jam lalu dicuci; juga alat-alat suntik dan penghisap lendir. Perawat harus memakai masker dan skort. Cara melepaskan skort pada penderita dengan penyakit menular, pada saluran pernafasan bagian kotor diluar dan bersih didalam. Tujuan memakai masker dan skort untuk mencegah terjadinya penularan terhadap diri sendiri maupun orang lain
- Penderita tirah baring total. Penderita dengan difteri harus istirahat mutlak ditempat tidur. Tujuannya untuk mencegah penularan, komplikasi ke jantung.
- Membebaskan jalan nafas. Penderita sesak nafas diberi oksigen inhalasi. Apabila jalan napas belum teratasi dan keadaan penderita bertambah buruk, maka dilakukan trakeostomi. Memperhatikan penghisapan lendir penderita. Pada penderita pasca trakeostomi dilakukan perawatan luka kanula trakeanya.
Pada pasca trakeostomi:
Indikasi dilakukan trakeostomi, yaitu adanya obstruksi jalan
pemapasan bagian atas. Tempatnya yaitu pada trakea ruas 3-4.
Penghisapan lendir, akibat sekresi lendir yang berlebihan, maka dilakukan penghisapan lendir tiap 15-30 menit, dengan melihat situasi dari pasien dan lendir yang dikeluarkan.
Persediaan alat/perlengkapan untuk penghisapan lendir;
- Kateter untuk menghisap lendir dan perlengkapan, yaitu motornya dan botol penampung yang berisi larutan lysol 1/2%.
- Cairan dalam kom steril untuk mengencerkan lendir, air bersih dalam kom untuk membilas kateter setelah dipakai.
- Pipet.
Cara kerjanya;
- Kalau memungkinkan penderita diberitahu.
- Bekerja dengan hati-hati.
- Bila ada slim yang kental dan sukar dikeluarkan, sehingga anak kelihatan kebiru-biruan (tidak selalu), maka sebelum menghisap slim, teteskan lebih dulu aquades/NaCl 2-3 tetes kedalam kanul trakea, agar lendir encer dan mudah dihisap.
- Masukan kateter dan hisaplah lendir dengan hati-hati dan perlahan-lahan.
- Sesudah menghisap lendir kateter penghisap lendir dibilas dengan air bersih yang tersedia. Kateter diganti tiap hari dengan yang bersih.
Perawatan luka dan kanul trakea, persediaan alat-alat untuk mengganti perban dan kanul bagian dalam:
- Perban.
- Kasa steril, dan lidi kapas.
- Bengkok untuk tempat yang kotor.
- Pinset anatomis dua buah.
- Pinset Chirurgie satu buah.
- Kanul dalam yang steril dalam tempatnya.
- Gunting dan plester.
- Kom berisi aquades/NaCl.
- Kom berisi air putih.
Cara kerjanya.
- Kalau memungkinkan penderita diberitahu.
- Bekerja dengan hati-hati/diangkat, dan diletakkan dalam mangkok.
- Kanul diangkat, dan diganti dengan yang baru. Kanul dalam dibersihkan, memakai lidi kapas yang lembab.
- Ambil perban, diukur secukupnya, kemudian ikat kanul luar melingkari leher, mengganti pengikat yang lama.
- Ambil kanul dalam yang steril dimasukan lalu dikunci.
- Kasa pengalas diganti dengan yang baru. Kasa penutup lembab ditutupkan pada permukaan kanul trakea.
- Penderita dirapihkan dan alat-alat dikembalikan/dibereskan.
- Bengkok dan pinset bekas pakai serta kanul dalam, direndam dalam lysol 2% selama dua jam, lalu pinset dan kanul disterilkan dengan caranya sendiri.
- Sebelum dan sesudah menolong penderita, harus mencuci tangan.
Melatih pemapasan, trakea ditutup/disumbat dengan gabus atau kasa steril. Dilakukan secara bertahap, yaitu mula-mula 1/4 bagian, kalau tidak dilanjutkan 1/2 bagian, ¾ bagian, dan penuh. Tahap-tahap ini dilihat dari keadaan pasien. Setelah latihan ini, dan ternyata keadaan baik setelah 24 jam maka kanul ini diangkat. Bekas luka diberi obat merah dan ditutup dengan kasa steril. Bila jalan pemapasan sudah pulih kembali, maka kepada penderita dilakukan pemeriksaan untuk mengetahui apakah ada komplikasi ke jantung dan paru-paru. Jika tidak ada kelainan, dan setelah dua kali berturut-turut pemeriksaan apusan dan hasilnya negatif, maka penderita boleh pulang. Istirahat masih diteruskan di rumah. Memberikan penyuluhan kepada orang tua untuk menjaga kesehatan anaknya. Dengan memperhatikan pemberian imunisasi untuk anak-anak pada waktunya.
Hal yang Perlu Diperhatikan.
Ditujukan pada pemberian ADS (anti difteri serum), yang dapat menyebabkan anafilaksis dan syok oleh sebab itu sebelum diberi-kan terlebih dahulu dilakukan tes kulit dan mata.
Caranya:
Ambil 0,1 cc ADS ditambah 0,9 cc NaCl 0,9% dengan spuit mantoux lengkap dengan jarumnya, suntikan secara intrakutan, kemudian lepaskan jarumnya, teteskan pada salah satu mata 1 tetes, tunggu 15 menit jika terjadi merah dan bengkak pada bekas suntikan, serta berair pada mata keadaan ini dinyatakan positif dan ADS harus diberikan secara besredka, caranya:
- 0,1 cc ADS + 0,9 CC NaCl 0,9% atau sisa tes kulit dan mata tadi disuntikan secara subkutan, tunggu 1/2 jam, bila tidak ada reaksi teruskan dengan:
- 0,5 ADS + 0,5 CC NaCl 0,9% diberikan secara subkutan tunggu 1/2 jam, bila tidak ada reaksi teruskan dengan:
- 1 cc ADS secara subkutan tunggu 1/4 jam bila tidak ada teruskan dengan menyuntik sisanya secara intramuskuler.
Pada pemberian ADS/ATS usahakan sediakan adrenalin untuk mengatasi apabila terjadi syok.
Gejala-gejala syok secara berurutan:
Anak selalu menguap, seperti kehausan, pucat, nadi kecil, keluar keringat dingin, kesadaran menurun atau tidak sadarkan diri.