Untuk malangsungkan kehidupannya, manusia perlu belajar, hal ini ada dua macam belajar, yaitu belajar secara fisik, misalnya menari, olahraga, mengendarai mobil, dan sebagainya; dan psikis. Dalam belajar psikis ini termasuk juga belajar sosial (social learning) di mana seseorang mempelajari peranannya dan peran-peran orang lain dalam kontak sosial. Selanjutnya orang tersebut akan menyesuaikan tingkah lakunya dengan peran sosial yang telah dipelajarinya. Cara yang sangat penting dalam belajar sosial menurut teori stimulus-respon adalah tingkah laku tiruan (imitation). Teori tentang tingkah laku tiruan yang penting disajikan di sini adalah teori dari NE. Miller, dan J. Dollard serta teori A. Bandura RH. Walters.
Teori Belajar Sosial dan Tiruan dari NE. Miller dan J. Dollard
Pandangan NE. Miller dan J. Dollard bertitik-tolak dari teori Hull yang kemudian dikembangkan menjadi teori tersendiri. Mereka herpendapat bahwa tingkah laku manusia merupakan hasil belajar. Oleh karena itu untuk memahami tingkah laku sosial dan proses belajar sosial, kita harus mengetahui prinsip-prinsip psikologi belajar. Prinsip-prinsip belajar ini terdiri dari 4, yaitu:
- Dorongan (drive),
- Isyarat (cue),
- Tingkah laku balas (response), dan
•
- Ganjaran (reward).
Kempat prinsip ini saling mengkait satu sama lain dan saling dipertukarkan, yaitu dorongan menjadi isyarat, isyarat menjadi ganjaran, dan seterusnya.
Dorongan adalah rangsangan yang sangat kuat terhadap organisme (manusia) untuk bertingkah laku. Stimulus-stimulus yang cukup kuat pada umumnya bersifat biologis seperti lapar, haus, seks, kejenuhan, dan sebagainya. Stimulus-stimulus ini disebut dorongan primer yang menjadi dasar utama untuk motivasi. Menurut NE. MILLER dan J. Dollard, semua tingkah laku (termasuk tingkah laku tiruan) didasari oleh dorongan-dorongan primer ini.
Isyarat adalah rangsangan yang menentukan bila dan di mana suatu respon akan timbul dan teijadi. Isyarat ini dapat disamakan dengan rangsangan diskriminatif. Di dalam belajar sosial, isyarat yang terpenting adalah tingkah laku orang lain, baik yang langsung ditujukan kepada orang tertentu maupun yang tidak, misalnya: anggukan kepala merupakan isyarat untuk setuju, uluran tangan merupakan isyarat untuk berjabatan tangan. Mengenai tingkah laku balas (respon), mereka berpendapat bahwa hirarki bawaan tingkah laku-tingkah laku.
Pada saat manusia dihadapkan untuk pertama kali kepada suatu rangsang tertentu, maka respon (tingkah laku balas) yang timbul didasarkan pada hirarki bawaan tersebut. Setelah beberapa kali teijadi ganjaran dan hukuman, maka timbul tingkah laku balas yang sesuai dengan faktor-faktor penguat tersebut. Tingkah laku yang disesuaikan dengan faktor- faktor penguat tersebut disusun menjadi hirarki resultan (resultant hierarchy of response).
Di sinilah pentingnya belajar dengan cara coba dan ralat (trial and error learning). Dalam tingkah laku sosial, belajar coba ralat dikurangi dengan belajar tiruan di mana seseorang tinggal meniru tingkah laku orang lain untuk dapat memberikan respon yang tepat sehingga ia tidak perlu membuang waktu untuk belajar dengan coba dan ralat.
Ganjaran adalah rangsangan yang menetapkan apakah tingkah laku balas diulang atau tidak dalam kesempatan yang lain. Menurut Miller dan Dollard, ada dua reward atau ganjaran, yakni ganjaran primer yang memenuhi dorongan primer dan ganjaran sekunder untuk memenuhi dorongan primer. Lebih lanjut mereka membedakan adanya 3 macam mekanisme tingkah laku tiruan, yakni:
1. Tingkah laku sama (Same Behavior)
Tingkah laku ini terjadi apabila dua orang yang bertingkah laku balas (berespon) sama terhadap rangsangan atau isyarat yang sama. Contohnya, dua orang yang berbelanja di toko yang sama dan dengan barang yang sama. Tingkah laku yang sama ini tidak selalu tiruan, maka tidak dibahas lebih lanjut.
Tingkah laku tergantung (Matched Dependent Behavior)
Tingkah laku ini timbul dalam interaksi antara dua pihak, di mana salah satu pihak mempunyai kelebihan (lebih pandai, lebih mampu, lebih tua dan sebagainya) dari pihak yang lain. Dalam hal ini pihak yang lain atau pihak yang kurang tersebut akan menyesuaikan tmgkah laku (match) dan akan tergantung (depent) pada pihak yang lebih. Misalnya, kakak adik yang sedang menunggu ibunya, pulang dari pasar. Biasanya ibu mereka membawa coklat. Mendengar ibunya pulang, si kakak segera menjemput ibunya, kemudian diikuti oleh si adik. Ternyata mereka mendapatkan coklat (ganjaran). Adik yang semula hanya meniru tingkah laku kakaknya, di lain waktu meskipun kakaknya tidak ada, ia akan lari menjemput ibunya yang baru pulang dari pasar.
3. Tingkah laku salinan (Copying Behavior)
Seperti tingkah laku tergantung, pada tingkah laku salinan, peniru bertingkah laku atas dasar isyarat yang berupa tingkah laku yang diberikan oleh model. Demikian juga dalam tingkah laku salinan ini. Pengaruh ganjaran dan hukuman sangat besar terhadap kuat atau lemahnya tingkah laku tiruan. Perbedaannya dengan tingkah laku tergantung adalah dalam tingkah laku tergantung ini si peniru hanya bertingkah laku terhadap isyarat yang diberikan oleh model pada saat itu saja, sedangkan pada tingkah laku salinan si peniru memperhatikan juga tingkah laku model di masa yang lalu maupun yang akan dilakukan di waktu mendatang. Hal ini berarti perkiraan tentang tingkah laku model dalam kurun waktu yang relatif panjang ini akan dijadikan patokan oleh si peniru untuk memperbaiki tingkah lakunya sendiri di masa yang akan datang, sehingga lebih mendekati tingkah laku model.