Teori Asosiasi
Teori ini berasal dari ilmu jiwa asosiasi yang dirintis oleh John Lock dan Herbart. Menurut teori ini belajar adalah mengambil tanggapan-tanggapan dan menggabung-gabung tanggapan dengan jalan mengulang-ulang.
Yang dimaksud tanggapan di sini adalah suatu lukisan yang timbul dalam jiwa sesudah diadakan pengamatan atau penginderaan. Tanggapan yang telah ada saling berhubungan, yang baru bertemu dengan cara menggabungkan (mengasosiasikan diri) dengan tanggapan lama. Penggabungan itu menyebabkan adanya penarikan dari tanggapan-tanggapan yang sudah ada.
Pada umumnya tanggapan lama mengendap dalam alam ketidaksadaran jiwa. Tetapi apabila sebagian dari tanggapan itu karena sebab muncul ke alam kesadaran maka tanggapan lain yang berasosiasi erat akan muncul bersama-sama. Terjadinya asosiasi tanggapan yang erat satu dengan yang lain, dan supaya setia untuk dimunculkan kembali ke alam sadar, dapat dipermudah dengan pengualangan-pengulangan rangsangan (stimulus).
Jadi dapat diperjelas lagi bahwa belajar ialah mengulang-ulang di dalam mengasosiasikan tanggapan-tanggapan, sehingga reproduksi yang satu dapat menyebabkan reproduksi yang lain dalam ingatan kita. Tujuan belajar adalah mereproduksikan gabungan tanggapan-tangggapan dengan cepat dan dapat dipercaya.
Konsekuensi dari teori ini ialah bahwa pengajar harus sebanyak mungkin memberikan stimulus (S) kepada subyek belajar untul menimbulkan respons (R). Makin banyak terjalin S dan R, makin mendalam orang mempelajari sesuatu, dan makin banyak S makin banyak R.
Contoh:
Dalam memberikan situasi belajar kepada masyarakat maka harus diperbanyak terjadinya tanggapan-tanggapan pada diri mereka sehingga mereka dengan cepat dan tepat dapat menghubungkan antara lingkungan yang jelek dengan penyakit; minum air mentah dengan sakit perut; lalat dengan sakit perut; tikus dengan penyakit pes
Teori Gestalt
Teori ini berasal dari ilmu jiwa Gestalt, yang beranggapai bahwa setiap fenomena terdiri dari suatu kesatuan essensial yang melebihi jumlah dari unsur-unsurnya. Bahwa keseluruhan (gestalt itu tidak sama dengan penjumlahan, keseluruhan Iebih dari bagian bagiannya.
Di dalam belajar, keseluruhan situasi belajar itu penting, sebab belajar merupakan interaksi dengan lingkungan. Hubungan itu dinamis dan berubah-ubah, tidak terjadi pengulangan yang sama benar situasinya. Seorang dikatakan belajar bila ia memperoleh insight (pemahaman) dalam suatu situasi yang problematis. Untuk memperoleh pemahaman itu kita harus berhadapan dengan problem solving. Ini berarti bahwa belajar yang sejati adalah apabila seseorang menghadapi problem dan pemecahannya.
Contoh;
Bagaimana meningkatkan gizi masyarakat desa di suatu daerah yang penduduknya kekurangan gizi. Kemungkinan penyebab kekurangan gizi dapat dicari dari berbagai segi:
- Mungkin penduduknya padat, sedangkan tanah pertanian kurang.
- Kebodohan/ketidak-tahuan masyarakat terhadap makanan bergizi.
- Kuatnya tradisi dan adat istiadat.
- Kurangnya partisipasi masyarakat.
- Keengganan dari petugas-petugas kesehatan.
- Pemerintah daerah tidak memperhatikan.
Dari uraian-uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa menurut Beon Gestalt, belajar adalah memberikan problem kepada subyek belajar untuk dipecahkan dengan meninjaunya dari berbagai macam segi.