Teori Menghafal
Belajar adalah menghafal, dan menghafal adalah usaha mengumpulkan pengetahuan melalui pembeoan untuk kemudian digunakan bilamana diperlukan. Otak dipandang sebagai gudang kosong yang perlu diisi dengan berbagai pengertian dan pengetahuan. Orang yang sedang belajar seperti halnya dengan burung beo. Tugas penhajar adalah memberikan pengertian yang sebanyak-banyaknya tanpa mempertimbangkan subjek belajar, maupun fungsi dari pengetahuan tersebut.
Teori ini tidak seluruhnya benar, sebab dalam proses belajar subyek belajar adalah manusia yang dapat berpikir dan mempunyai tujuan yaitu terjadinya hal-hal yang baru pada dirinya yang bermanfaat
Di samping itu, dari hasil penelitian para ahli dan menurut pengalaman sehari-hari, hafalan akan hilang lenyap bila yang dihafalkai itu tidak fungsional, dan tidak langsung dipergunakan atau dimanfaatkan dalam hidup sehari-hari. Karena itu dalam proses Pendidikai Kesehatan yang perlu diperhatikan adalah menimbulkan kesadaran bahwa kesehatan atau materi-materi yang diberikan itu bermanfaat bagi sasaran pendidikan.
Teori Mental Disiplin
Menurut teori ini belajar adalah mendisiplinkan mental di mana disiplin mental ini dapat diperoleh melalui latihan terus-menerus secara kontinyu, berencana dan teratur. Berdasarkan teori, manusia mempunyai beberapa jenis daya, seperti daya pikir, daya fantasi, daya tangkap, daya ingat, daya mengamati dan sebagainya. Daya-daya tersebut diperkuat, diperkembangkan dan dipertajam melalui latihan-latihan tertentu. Misalnya untuk melatih daya ingat, subjek belajar disuruh menghafal definisi-definisi, pernyataan-pernyataan. Untuk melatih daya pikir mereka disuruh mempelajari matematika, statistik, dan sebagainya.
Mungkin sekali pelajaran-pelajaran itu tidak langsung berguna dalam kehidupan sehari-hari, namun terus diajarkan karena dengan latihan-latihan itu daya pikir sudah dibiasakan, diarahkan untuk mencari pemecahan persoalan yang tepat.
Dalam melatih daya pikir ada dua faktor penting, yaitu:
Faktor Asah Otak
Gambaran yang ekstrim tentang latihan daya pikir ini ibarat pisau yang perlu selalu diasah supaya tetap tajam, sehingga siap dipergunakan sewaktu-waktu. Pisau yang tajam bukan saja dapat dipergunakan memotong sayur, tetapi dapat pula dipergunakan untuk memotong daging, kertas, ataupun meraut pensil. Demikian pula hasil latihan daya pikir dalam berbagai bidang studi bukan saja untuk menguasai bidang studi itu an sich, tetapi dengan daya yang sudah terlatih itu akan dapat dipergunakan untuk memecahkan masalah apa saja yang akan ditemukan dalam segala bidang kehidupan.
Faktor Transfer
Dalam kehidupan sehari-hari faktor transfer ini sering dijumpai di dalam belajar tentang suatu ketrampilan/pengetahuan yang lain.
Dengan kata lain, di dalam kita mempelajari sesuatu yang baru, akan dipermudah dengan pengetahuan-pengetahuan yang sebelumnya dimiliki. Suatu oontoh, seseorang yang sudah ahli mengendarai motor dan mempunyai SIM C, tidaklah akan sulit untuk belajar mengendarai mobil, bila dibanding dengan orang yang belum dapat mengendarai motor. Hal ini disebabkan karena adanya faktor transfer peralihan) yang berjalan searah di dalam diri orang tersebut. Karena itu pengetahuan dan atau keterampilan yang diberikan kepada subjek belajar hendaknya dapat ditransfer oleh mereka dalam kehidupan atau pekerjaannya sehari-hari. Konsekuensi dari hal ini adalah bahwa Kurikulum ataupun apa yang akan diajarkan harus berorientasi subyek belajar dan masyarakat (student oriented-community)