Dalam sejarah pemikiran Eropa Barat manusia mendapat berbagai sebutan, antara lain manusia sebagai homo sepiens animal rationale, atau sebagai monyet perampok yang sombong. Namun dalam perkembangannya diakui bahwa manusia bukanlah sekedar pencerminan dari sebutan-sebutan tersebut di atas, tetapi manusia adalah makhluk yang mempunyai jasmani dan rohani. Jasad-jasad ini berbeda dengan mahluk-mahluk lain. Manusia selalu tumbuh berkembang di mana perkembangan rohani (terutama), bukan sekedar proses alamiah belaka. Perkembangan ini memerlukan pimpinan dan bimbingan yang disebut pedagogik atau pendidikan. Dari pengertian inilah sebenarnya timbul istilah pendidikan atau pedagogik.
Pedagogik berasal dari kata Yunani paes yang berarti anak dan gogos yang berarti memimpin. Sedangkan akhirnya - ik menunjukkan ilmu. Jadi pedagogik berarti ilmu dan seni memimpin anak. Dengan demikian maka pendidikan harus ada pada tiap proses kehidupan anak atau manusia. Hal lain yang mengharuskan pendidikan itu ada pada tiap proses kehidupan manusia adalah bahwa pada hakekatnya manusia itu mempunyai prinsip ketergantungan satu sama lain, saling memberi bantuan, tolong menolong, yang bukan hanya terjadi pada anak tetapi juga pada orang dewasa. Hakikat ini tidak hanya menyangkut pada salah satu segi kehidupan manusia, tetapi meliputi berbagai segi, antara lain sosial, ekonomi, kesehatan. Oleh karena itu manusia, baik sebagai individu, kelompok ataupun masyarakat, dalam usaha mencapai kesehatan yang optimal juga memerlukan ban¬tuan pendidikan ini.
Seorang tokoh pendidikan Abad 20, MJ. Langevelt. mendefinisikan bahwa pendidikan ialah setiap usaha, pengaruh, perlindungan dan bantuan yang diberikan kepada anak, yang tertuju kepada kedewasaan. Menurut batasan ini tujuan pendidikan adalah kedewasaan (jasmani dan rohani) atau pendewasaan anak. Kedewasaan jasmani tercapai apabila badan telah sempurna perkembangannya atau anak telah sampai pada batas pertumbuhannya, dimana jasmani telah menjadi alat rohani. Kedewsaan jasmani dapat sempurna apabila pada proses perkembangannya dan pertumbuhannya, jasmani tidak mengalami gangguan, baik berupa penyakit maupun kekurangan zat-zat tertentu yang diperlukan.
Kedewasaan rohani tercapai apabila anak sanggup berdiri sendiri, yang berarti:
- Anak telah mempunyai kemampuan mental, misalnya telah memahami hubungan sebab akibat, sanggup berpikir logis, mampu memahami pendapat orang lain, dapat menilai suatu pengalaman.
- Anak telah mempunyai kemampuan moral, misalnya dapat membedakan baik dan buruk, sanggup bertanggung jawab atas perbuatannya, sanggup memikul kewajiban tertentu.
- Anak telah mencapai perkembangan sosial, misalnya bagaimana menghadapi sesama manusia, bagaimana berperilaku supaya disukai sesamanya.
- Anak telah sanggup mengendalikan emosinya, misalnya sanggup bertindak tidak atas dorongan perasaannya, konsekuen mematuhi peraturan-peraturan dan norma-norma.
Dengan singkat dapat dikatakan bahwa kedewasaan itu mempunyai 5 ciri yaitu fisik, mental, moral, sosial, dan emosional, yang merupakan tujuan pendidikan.
Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) Indonsia mempunyai definisi lain, GBHN mendefinisikan pendidikan sebagai suatu usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Menurut batasan ini, proses pendidikan itu tidak hanya sampai kedewasaan saja, melainkan tetap berlangsung seumur hidup.