Pengertian
tuna rungu secara medis.
Anak tunarungu ialah anak yang mengalami kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengar yang disebabkan oleh kerusakan atau tidak berfungsinya sebagian atau seluruh alat pendengaran sehingga ia mengalami hambatan dalam perkembangan bahasa. Secara medis, kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengar yang disebabkan oleh kerusakan atau tidak berfungsinya sebagian atau seluruh alat-alat pendengaran. Secara pedagogis kekurangan atau kehilangan pendengaran yang mengakibatkan hambatan dalam perkembangan bahasa sehingga memerlukan bimbingan dan pendidikan khusus.
Pembagian atau Klasifikasi tunarungu menurut etiologi atau berdasarkan faktor penyebabnya:
·
Faktor endogen
- Faktor keturunan dari salah satu atau kedua orang tuanya mengalami ketunarunguan. Tunarungu sejenis ini disebut tunarungu genetik. Biasanya koklea anak tidak berkembang secara normal akibatnya terjadi kelainan pada organ korti.
- Ibu yang sedang mengandung menderita penyakit cacar atau campak (rubela, german measles) sehingga anak yang dilahirkan menderita tunarungu mutisin. Selain itu juga mengakibatkan kerusakan pada koklea dan terjadi tuna rungu perseptif.
- Ibu yang mengandung menderita keracunan darah atau toksemia akibatnya plasenta rusak dan memberi pengarah terhadap pertumbuhan janin, anak yang lahir akan menjadi tunarungu.
Faktor Eksogen
- Anak mengalami infeksi pada kelahiran yang menyebabkan kerusakan pada alat atau syaraf pendengarannya yang meliputi meningitis atau peradangan selaput otak mengakibatkan tuna rungu perseptif, atau otitis media yang kronis.
- Otosklerosis ialah tumbuh tulang pada sekitar fenestra ovalis atau pada ketiga tulang pendengaran.
- Kecelakaan yang mengakibatkan kerusakan alat-alat pendengaran bagian dalam.
Menurut anatomi fisiologis pengertian tunarungu hantaran (konduksi) ialah ketunarunguan yang disebabkan kerusakan atau tidak berfungsinya alat-alat penghantar getaran udara pada telinga bagian tengah. Tunarungu saraf (perseptif) ialah tunarungu yang disebabkan oleh kerusakan atau tidak berfungsinya alat-alat pendengaran yang menyalurkan getaran kepusat pendengaran pada lobus temporalis.
Menurut nada yang tidak dapat didengar dibedakan menjadi tunarungu nada rendah, dimana anak hanya dapat mendengar nada-nada yang tinggi saja. Tunarungu nada tinggi, dimana anak hanya dapat mendengar nada-nada rendah saja.
Menurut saat terjadinya, tunarungu dapat terjadi pada waktu bayi masih dalam kandungan atau pada masa prenatal, pada kelahiran karena prematur, kesalahan penggunaan alat bantu melahirkan atau karena kekurangan oksigen, atau setelah kelahiran (pasca natal).
Perkembangan dan ciri-ciri anak tunarungu
Pola perkembangan bahasa-bicara
- Pada awal meraban, tunarungu tidak mengalami hambatan karena meraban merupakan kegiatan alami dari pernafasan dan pita suara. Pada akhir masa maraban merupakan kenikmatan karena anak dapat mendengar suara yang dikeluarkannya. Pada anak tunarungu hal tersebut tidak terjadi, dengan demikian meraban sebagai awal perkembangan bicara terhenti.
- Pada masa meniru, terbatas pada peniruan visual yaitu gerak dan isyarat, karena itu ada yang berpendapat bahwa bahasa isyarat merupakan bahasa ibu dan anak tunarungu, sedangkan bahasa bicara merupakan hal yang asing baginya.
- Perkembangan bahasa bicara selanjutnya memerlukan pembinaan secara khusus dan intensif, sesuai dengan taraf ketunarunguan dan kemampuan-kemampuan yang lain.
Perkembangan Intelegensi
Dipengaruhi oleh perkembangan bahasa, akan nampak intelegensinya yang rendah disebabkan karena kesulitan dalam memahami bahasa. Berprestasi lebih rendah jika dibandingkan dengan anak normal untuk materi yang diverbalisasikan.
Perkembangan Emosi
Keterbatasan berkomunikasi akan mengakibatkan rasa terasing dari lingkungannya, anak tuna rungu mampu melihat semua kejadian, tetapi ia tidak mampu mengikuti dan memahami kejadian itu secara menyeluruh sehingga menimbulkan perkembangan emosi yang tidak stabil. Perasaan curiga dan kurang percaya pada diri sendiri.
Perkembangan Kepribadian pada anak tunarungu
Kurang mempunyai konsep tentang relasi sosial, meliputi pengertian yang luas yaitu lingkungan hidup dimana anak berintegrasi antara individu, individu dengan kelompok, dengan keluarga dan anggota masyarakat yang berada disekitarnya dapat menimbulkan beberapa aspek negatif seperti perasaan rendah diri dan merasa diasingkan oleh orang disekitarnya, perasaan cemburu dan syak wasangka serta merasa diperlakukan tidak adil, kurang dapat bergaul, mudah marah bahkan sering bersikap agresif.
Perkembangan Fungsi Motorik anak tuna rungu
- Tidak tertinggal dari anak normal dalam perkembangan kematangan bidang motorik seperti unsur waktu duduk, berjalan dan lainnya.
- Tidak tertinggal dalam bidang ketrampilan atau menggunakan kecakapan tangan.
- Berprestasi di bawah normal pada umumnya dalam segi koordinasi lokomotorik, yaitu kemampuan untuk mempertahankan keseimbangan dan bergerak. Hal tersebut dapat terjadi apabila kerusakan terdapat pada alat keseimbangan atau daerah kanalis semikirkulair. Kecepatan motorik terutama yang bersifat komplek dalam melaksanakan suatu perbuatan karena anak tunarungu mengalami kesukaran tentang konsep itu. Gerakan simulltan yaitu kemampuan menggunakan salah satu komponen motorik misalnya tangan sedangkan komponen lainnya misalnya kaki digunakan untuk gerakan yang berbeda.
Pemeriksaan atau test ketulian
- Pemeriksaan rutin, telinga, hidung, tenggorokan.
- Tes Rinne: garpu penala yang digetarkan ditaruh berganti-ganti dimuka liang telinga dan dibelakang telinga diatas tulang mastoid pada penderita ditanyakan kemana yang terdengar lebih keras.
- Tes Weber: garpu penala yang digetarkan diletakkan pada dahi atau gigi, normal akan terdengar sama keras di kedua telinga.
- Tes kwantitatif untuk menentukan derajat ketulian, tes berbisik dengan alat audiometer.
Diagnosis ketulian pada anak
Adanya gangguan pendengaran pada anak, dapat diduga bila terdapat gangguan perkembangan bicara, perhatian yang kurang, atau respon sedikit sekali terhadap suara pada bayi kadang-kadang gangguan pendengaran tidak diketahui karena semua bayi mengeluarkan suara primitif sama. Bila kurangnya pendengaran lebih dari 30 desibel biasanya penderita cacat tidak dapat mendengar suara berbisik, bila pendengaran hilang lebih dari 60 desibel penderita tidak dapat menggunakan pendengarannya untuk bercakap.
Tindakan Pengobatan pada ketulian
Tujuan agar paling sedikit pada satu telinga dapat dicari batas pendengaran yang diperlukan untuk komunikasi.
Tuli konduktif, secara teoritis dapat diperbaiki dengan jalan operasi rekonstruksi telinga Iuar, tengah dan sebagainya. Alat bantu pendengaran (hearing aid) akan lebih berhasil apabila belum disertai gangguan syaraf pendengaran.
Tuli perseptif, pemasangan alat pembantu mendengar untuk mencegah terjadinya bisu lebih baik bila dipasang sedini mungkin, agar bayi dapat mengenal bunyi-bunyian, sehingga bayi yang digolongkan salah satu ketulian kongenital dapat mengenal perbendaharaan kata lebih awal.
Tindakan perawatan lebih ditekankan pada masalah psikologi, agar anak mendapat rasa percaya diri yang mantap.