Tanggapan
Setelah melakukan pengamatan (melihat, mendengar, membau dan sebagainya) maka akan terjadi gambaran yang tinggal dalam ingatan. Gambaran yang tinggal dalam ingatan inilah yang disebut tanggapan. Tanggapan ini akan berpengaruh terhadap belajar mahasiswa pada waktu kemudian. Sebab tanpa adanya tanggapan pada subyek maka studinya tidak mungkin berhasil. Oleh karena itu di dalam mengajar hendaknya berusaha agar dapat membentuk tanggapan yang benar dan cermat pada diri sasaran belajar.
Fantasi
Fantasi adalah kemampuan untuk membentuk tanggapan-tanggapan yang telah ada. Tanggapan-tanggapan baru ini tidak harus sama dengan tanggapan yang telah ada. Dalam proses belajar-mengajar fantasi ini sangat penting, dan terwujud dalam daya kreativitas sasaran belajar.
Relevansi fantasi di dalam kehidupan manusia sehari-hari antara lain adalah sebagai berikut:
- Dengan fantasi maka orang dapat melepaskan diri dari ruangan dan waktu sehingga orang dapat memahami apa yang terjadi di tempat lain dan pada waktu yang lain
- Dengan fantasi maka orang dapat menempatkan diri dalam hidup kepribadian orang lain sehingga ia dapat memahami sesama manusia, serta dapat memahami kebudayaan asing dan lain-lain masalah kemanusiaan pada umumnya.
- Dengan fantasi orang dapat melepaskan diri dari kesukaran yang dihadapi serta melupakan hal-hal yang tidak menyenangkan di masa yang lalu.
- Dengan fantasi orang dapat menciptakan sesuatu yang ingin dikejar, dan berusaha mencapainya.
Ingatan
Ingatan adalah kemampuan untuk menerima, menyimpan dan memproduksikan kesan-kesan. Ingatan yang baik mempunyai sifat- sifat berikut:
- Cepat, artinya mudah mencantumkan kesan-kesan yang diterima.
- Setia, artinya apa yang telah diterima (dicamkan) akan disimpan baik dan tidak akan berubah.
- Teguh, artinya dapat menyimpan kesan dalam waktu lama, tidak mudah lupa.
- Luas, artinya dapat menyimpan banyak macam kesan.
- Siap, artinya dengan mudah dapat memproduksi hal-hal yang telah dicamkan dan disimpan.
Mencamkan
Dalam hubungannya dengan proses belajar-mengajar maka mencamkan akan memberikan petunjuk mengenai hal-hal yang dapat membantu menghafal (mencamkan sesuatu). Proses mengecamkan ini dapat bertambah dengan cara-cara berikut:
- Menyuarakan bahan pelajaran di dalam belajar akan lebih menambah pencaman.
- Melakukan pembagian waktu belajar yang tepat akan menambah pemahaman. Belajar secara borongan, dan sekaligus dalam jangka waktu yang lama pada umumnya kurang menguntungkan. Hukum Jos mengatakan bahwa 10 x 2 adalah lebih baik dari pada 2 x 10.
- Belajar dengan menggunakan metode belajar yang tepat akan mempertinggi pencaman. Ada tiga macam metode belajar, yaitu:
- Metode keseluruhan, yakni menghafal atau mempelajari sampai akhir, berkali-kali.
- Metode bagian, mempelajari bagian demi bagian sampai dikuasai dan baru melanjutkan ke bagian berikutnya.
- Metode gabungan, yaitu gabungan antara metode keseluruhan dan bagian.
- Mneumo teknik atau titian ingatan, yakni dengan akal dicari jalan supaya bahan yang dipelajari mudah dicamkan atau diingat. Misalnva untuk mencamkan teori ROGERS dalam proses perubahan perilaku dengan singkatan AIETA (awamess, interest, evaluation, trial dan adoption).
- Penggolongan kesatuan dalam ruang. Prinsip ini belajar dengan menggunakan bagan-bagan atau ikhtisar-ikhtisar.
Retensi
Retensi adalah satu pengertian untuk mengingat dan lupa. Mengingat dan lupa sebenarnya adalah satu dan sama dilihat dari sudut yang berlainan sebab hal yang diingat adalah tidak lupa, dan hal yang dilupakan adalah tidak diingat. Dari hasil suatu penelitian mengenai retensi ini diketemukakan bahwa:
- Setelah orang selesai belajar, maka akan segera diikuti oleh proses lupa. Proporsi yang dilupakan itu mula-mula bertambah cepat, kemudian melambat, dan akhimya yang tersisa dapat disimpan di dalam waktu lama.
- Untuk mencapai proporsi yang diingat agar cukup memadai maka harus diulang-ulang dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama.
- Apabila mencamkan sesuatu, kemudian ia istirahat atau tidur, maka hal yang diingat akan lebih banyak dibandingkan dengan bila ia tidak istirahat.
Reproduksi
Mengaktifkan kembali hal-hal yang telah dicamkan disebut reproduksi. Hal ini ada 2 bentuk:
- Mengingat kembali, artinya di dalam mereproduksi tersebut tidak ada obyek yang dapat dipakai sebagai pegangan untuk melakukan reproduksi.
- Mengenal kembali, artinya di dalam mereproduksi tersebut ada sesuatu yang dapat dipakai sebagai tumpuan untuk melakukan reproduksi.
Asosiasi
Asosiasi adalah hubungan antara tanggapan yang satu dengan tanggapan yang lain di dalam diri seseorang. Dalam proses belajar mengajar asosiasi ini sangat penting, sebab dengan asosiasi seakan-akan ada semacam kekuatan yang menyebabkan bahwa apabila salah satu dari tanggapan-tanggapan itu masuk ke dalam kesadaran maka tanggapan itu akan memanggil tanggapan lain dan membawanya ke dalam kesadaran.
Aristoteles merumuskan hukum-hukum asosiasi itu sebagai berikut:
- Hukum sama saat serentak
Tanggapan-tanggapan yang dialami dalam waktu bersamaan akan berasosiasi satu sama lain. Misalnya, nama penyakit dengan bentuk kuman penyebabnya.
- Hukum berturutan
Tanggapan-tanggapan yang diulang berturut-turut akan berasosiasi antara satu dengan lainnya. Misalnya, pelayanan preventif akan menimbulkan asosiasi dengan pelayanan kuratif dan rehabilitatif.
- Hukum kesamaan
Tanggapan-tanggapan yang bersesuaian akan cenderung untuk berasosiasi. Misalnya, kalau orang melihat gambar cacing perut maka akan teringat kepada anak kecil yang cacingan, perut buncit, mata cekung, dan sebagairiya.
- Hukum berlawanain
Tanggapan-tanggapan yang saling berlawanan akan berasosiasi satu sama lainnya. Misalnya, melihat orang sehat kemudian teringat kepada si sakit yang kurus dan pucat.
- Hukum sebab-akibat
Tanggapan-tanggapan yang mempunyai hubungan sebab-akibat akan saling berasosiasi. Misalnya, melihat daerah slum, lingkungan yang buruk, ingat akan penyakit menular yang tinggi.
Berpikir
Berpikir adalah aktivitas yang sifatnya ideasonal yang mempergunakan abstraksi-abstraksi (ideas). Dalam berpikir, orang meletakkan hubungan antara bagian-bagian informasi yang ada pada dirinya yang berupa pengertian-pengertian.
Proses berpikir
Dalam berpikir ada prosesnya. Proses inilah yang disebut jalan pikiran atau logika. Pada prinsipnya proses berpikir ini mencakup 3 pokok langkah:
- Pembentukan pengertian,
- Pembentukan pendapat,
- Penarikan kesimpulan.
Berpikir dan Proses Belajar-Mengajar
Hal-hal yang praktis tentang berpikir yang relevan dengan proses belajar-mengajar dapat disimpulkan sebagai berikut:
- Berpikir merupakan salah satu penentu keberhasilan belajar. Oleh karena itu pengajar mempunyai tugas untuk membantu sasaran dengan sebaik-baiknya agar kemampuan berpikir mereka berkembang sebaik-baiknya.
- Berpikir mempunyai hubungan yang erat dengan bahasa. Oleh karena itu penguasaan bahasa merupakan syarat pokok untuk dapat berpikir secara baik.
- Dalam membantu perkembangan berpikir seseorang, hendaknya bukan hanya dengan memberikan pengertian sebanyak-banyaknya, tetapi yang penting adalah memberikan pengertian-pengertian kunci yang fungsional. Pengertian akan kunci yang fungsional ini akan meningkatkan kemampuan berpikir mahasiswa.
- Metode pemecahan masalah sangat penting dikembangkan karena sangat cocok untuk mengembangkan kemampuan berpikir seseorang.
- Pengetahuan yang siap pakai sangat membantu seseorang untuk berpikir dengan cepat dan tepat.
- Penggunaan diagram, peta, ikhtisar serta alat peraga lainnya akan sangat membantu berpikir.
Motif
Motif adalah suatu dorongan dari dalam diri seseorang yang menyebabkan orang tersebut melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai suatu tujuan. Motif tidak dapat diamati. Yang dapat diamati adalah kegiatan atau mungkin alasan-alasan tindakan tersebut.
Pembagian Motif
Motif dapat dibagi berdasarkan pandangan dari para ahli, antara lain sebagai berikut:
- Woodworth dan Marquis (1955) membedakan motif yang berdasarkan kebutuhan manusia menjadi 3 macam, yakni:
- Motif kebutuhan organis, seperti minum, makan, bernapas, seksual, bekerja dan beristirahat.
- Motif darurat, yang mencakup dorongan-dorongan menyelamatkan diri, berusaha dan dorongan untuk membalas.
- Motif obyektif, yang meliputi kebutuhan untuk melakukan eksplorasi, melakukan manipulasi, dan sebagainya.
- Pembagian motif berdasarkan atas terbentuknya motif tersebut mencakup:
- Motif pembawaan, yang dibawa sejak lahir, tanpa dipelajari, misalnya dorongan untuk makan, minum, beristirahat, dorongan seksual, dan sebagainya.
- Motif yang dipelajari, yaitu motif-motif yang timbul karena dipelajari, seperti dorongan untuk belajar sesuatu, dorongan untuk mengejar kedudukan, dan sebagainya.
- Pembagian motif menurut penyebabnya adalah sebagai berikut:
- Motif ekstrinsik, yaitu motif yang berfungsi karena adanya rangsangan dari luar. Misalnya, mahasiswa yang belajar karena là tahu bahwa besok ia akan ujian.
- Motif instrinsik, yaitu motif yang berfungsi tanpa rangsangan dari luar tetapi sudah dengan sendirinya terdorong untuk berbuat sesuatu.
- Menurut Maslow (1964), motif manusia dapat digolong-golongkan dan tiap-tiap golongan tersebut mempunyai hubungan jenjang. Maksudnya, suatu motif timbul kalau motif yang mempunyai jenjang yang lebih rendah telah terpenuhi (telah diuraikan pada artikel sebelumnya.
Relevansi motif terhadap proses belajar-mengajar:
- Kegiatan yang didorong oleh motif-motif intrinsik lebih baik daripada yang didorong oleh motif ekstrinsik. Maka yang penting di sini adalah menimbulkan dan mengembangkan minat sasaran belajar dalam bidang-bidang studi yang dianggap relevan.
- Persaingan sehat, baik secara individual maupun kelompok, akan dapat meningkatkan motif untuk belajar.
- Diskusi mengenai aspirasi yang dikehendaki sangat baik untuk mengembangkan motif-motif.